Comfort 🌸 | Sustainable 🌏 | Healthy ✅ | We Ship Worldwide 💜
Tujuh Mitos Seputar Vagina: Waktunya Meluruskan Kesalahpahaman!

Tujuh Mitos Seputar Vagina: Waktunya Meluruskan Kesalahpahaman!

By Angelica Raras Anindiati Ningtyas
Vagina adalah saluran yang berbeda dan digunakan untuk menstruasi, hubungan seksual, dan melahirkan. Ini juga tempat beberapa orang memasukkan tampon dan cawan menstruasi (Menstrual Cup) untuk menampung darah saat menstruasi. Jadi, jangan salah lagi ya kalau kita bilang pakai menstrual cup dan bingung terus kencingnya gimana?

Informasi kesehatan seksual yang beredar luas masih sering diwarnai mitos dan kesalahpahaman. Banyak dari kita, tanpa sadar, masih terjebak dalam informasi yang keliru tentang vagina. Dr. Jennifer Gunter, seorang Ginekolog dan kolumnis New York Times yang meliput tentang kesehatan reproduksi perempuan mengungkapkan bahwa masyarakat sangat terobsesi dengan vagina yang tidak berbulu, ‘ketat’, dan wangi. Padahal, mitos-mitos ini bisa berdampak negatif pada cara kita memandang tubuh sendiri, kesehatan mental, dan kehidupan seksual. Misalnya, pernah nggak kamu mendengar anggapan bahwa vagina akan menjadi longgar jika sering berhubungan seksual? Faktanya, ini hanyalah mitos belaka!

Yuk kita kupas satu-satu mitos yang selama ini sering banget kita dengar:

Mitos 1: Semakin Sering Berhubungan Seks, Semakin Longgar Vaginamu

Mitos ini salah besar. Dikutip dari TopLine MD Alliance, vagina memiliki otot elastis yang akan kembali ke bentuk semula setelah berhubungan seksual. Tapi, otot-otot vagina bisa melemah seiring bertambahnya usia dan setelah melahirkan, yang bisa membuat vagina terasa longgar. Bertentangan dengan kepercayaan umum, aktivitas seksual nggak akan mempengaruhi kekencangan vagina secara permanen.

Mitos 2: Perempuan Butuh Produk Pembersih Vagina Khusus

Diungkap oleh Mayo Clinic Health System, “You don't need fancy products for good feminine hygiene.” Perempuan hanya perlu membersihkan vaginanya dengan air bersih. Hal ini dikarenakan bagi banyak perempuan, vagina memiliki kapasitas untuk membersihkan dirinya sendiri secara alami menggunakan flora dan mikroorganisme baik di dalamnya.  Penggunaan produk pembersih anti bakteri dan beraroma dapat mengganggu keseimbangan pH alami, mengubah ekosistem normal flora vagina dan membunuh mikroorganisme baik yang dimiliki, sehingga mengakibatkan infeksi dan iritasi. Jika kamu merasa gatal, kamu bisa menggunakan sabun alami dan air bersih untuk membersihkan bagian vulva (bagian luar vagina) ketika mandi, namun sabun tersebut tidak perlu masuk hingga bagian dalam vagina, ya!

Mitos 3: Rambut Kemaluan itu Buruk!

Mitos ini juga salah besar. Dr. Holly W. Cummings mengatakan bahwa rambut kemaluan punya fungsi yang sama seperti rambut di telinga, hidung, dan mata. Rambut ini menjaga kulit vulva tetap hangat dan lembab. Selain itu, rambut kemaluan melindungi kulit sensitif dari gesekan saat berhubungan seksual. Rambut ini juga menjauhkan debu, kotoran, dan kuman dari vagina supaya tidak terinfeksi. Para peneliti bahkan menduga rambut kemaluan bisa berperan dalam daya tarik dan kesenangan seksual. Singkatnya, tidak ada yang kotor atau tidak bersih dari rambut kemaluan. Tetapi, banyak orang merasa tertekan untuk mencukur atau waxing karena pandangan masyarakat tentang gender, kecantikan, dan kesucian.

Mitos 4: Perempuan Tidak Perawan Jika Selaput Dara Sudah Robek

Selaput dara bisa robek karena berbagai aktivitas, bukan cuma berhubungan seksual. Self dalam artikelnya menekankan bahwa aktivitas fisik seperti bersepeda, berkuda, senam, dan masturbasi dapat menyebabkan selaput dara robek. Penting untuk diketahui bahwa selaput dara yang normal bisa berbentuk tipis dan fleksibel hingga tebal dan kaku - berbeda-beda setiap individu. Bahkan, pemeriksaan ginekologi (seperti Pap smear) juga bisa merobek selaput dara di beberapa orang. Menjadi hal yang salah jika selaput dara yang utuh atau belum robek mengkonfirmasi keperawanan seseorang. Tidak ada cara untuk mengetahui apakah seseorang telah melakukan hubungan seks hanya dengan melihat selaput dara. 

Mitos 5: Pendarahan Vagina Setelah Seks Penetratif Pertama Kali adalah Suatu Keharusan

Tidak semua perempuan mengalami pendarahan setelah hubungan seks penetratif pertama kali. Pendarahan mungkin terjadi karena robeknya selaput dara atau kurangnya pelumasan, tetapi tidak semua perempuan akan mengalaminya. Pendarahan bukanlah indikator pasti keperawanan atau kesehatan seksual. Dikutip dari Planned Parenthood, adalah hal yang normal jika mengalami pendarahan saat pertama kali berhubungan seks, tetapi ketika tidak mengalami pendarahan, itu  juga normal.

Mitos 6: Perempuan Kencing dari Vagina

Dijelaskan oleh Planned Parenthood bahwa terdapat 3 lubang di area genital perempuan. Terdapat dua lubang di Vulva, yaitu lubang vagina dan uretra. Lubang ketiga adalah anus (juga disebut lubang pantat). Banyak yang salah paham bahwa perempuan buang air kecil dari vagina. Faktanya, urin keluar dari uretra, sebuah saluran kecil yang terletak di atas lubang vagina. Vagina adalah saluran yang berbeda dan digunakan untuk menstruasi, hubungan seksual, dan melahirkan. Ini juga tempat beberapa orang memasukkan tampon dan cawan menstruasi (Menstrual Cup) untuk menampung darah saat menstruasi. Jadi, jangan salah lagi ya kalau kita bilang pakai menstrual cup dan bingung terus kencingnya gimana? 

Mitos 7: Ada yang Salah dengan Tubuh Perempuan Jika Tidak Mencapai Orgasme Selama Hubungan Seksual Vaginal

Tidak semua perempuan mencapai orgasme melalui hubungan seksual vaginal saja. Banyak perempuan membutuhkan rangsangan klitoris untuk mencapai orgasme. Hal ini normal dan tidak berarti ada yang salah dengan tubuh perempuan. Dalam artikel CNN yang berjudul "Intercourse isn’t everything for most women, says study – try ‘outercourse’", Debby Herbenick, direktur Pusat Promosi Kesehatan Seksual di Indiana University, menyebutkan bahwa banyak perempuan tidak mencapai orgasme hanya melalui penetrasi vaginal. Bahkan, hanya 18% perempuan yang bisa mencapai klimaks hanya dengan penetrasi vaginal. Faktanya, untuk mencapai orgasme, banyak hal yang bisa dilakukan selain penetrasi, seperti memahami keinginan pasangan, keintiman emosional, dan rangsangan klitoris. Selain itu, Herbenick menjelaskan bahwa 'Outercourse' itu penting! 'Outercourse' mengacu pada aktivitas seksual yang tidak melibatkan penetrasi, seperti berciuman, menyentuh, pijatan erotis, dan menggunakan mainan seks.

Ketujuh mitos di atas hanyalah sebagian dari informasi keliru yang beredar luas mengenai vagina perempuan. Yuk, biasakan untuk mencari informasi dari sumber terpercaya seperti dokter, tenaga kesehatan seksual dan reproduksi, atau organisasi kesehatan yang kredibel!

0 comments

Leave a comment

Please note, comments must be approved before they are published